gender and militarism

en

Placheolder image

kembali ke daftar isi

Waktu:

30 sampai 45 menit

Tujuan Latihan

■ Untuk menciptakan sebuah ruang dialog antara perempuan dan laki-laki dalam organisasi perdamaian. ■ Untuk mengidentifikasi beberapa ketegangan antara laki-laki dan perempuan dalam organisasi perdamaian. ■ Untuk mengembangkan sebuah taraf yang nyaman dan komitmen terhadap permasalahan jender dalam organisasi perdamaian.

Cara Mempraktekkannya/Catatan Fasilitator

■ Diskusi kelompok kecil tentang jender, konflik dan peace-building. ■ Dalam kelompok-kelompok kecil campuran laki-laki dan perempuan, buatlah daftar pengalaman tentang tata cara laki-laki dan perempuan dalam menyelesaikan konflik dan kekerasan dengan secara berbeda. ■ Dalam kelompok-kelompok kecil yang sama, buatlah daftar cara-cara yang beragam di mana laki-laki dan perempuan ikut serta dalam kerja perdamaian. ■ Dalam kelompok besar, mintalah masing-masing kelompok kecil untuk melaporkan temuan-temuan mereka. ■ Pecahlah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari perempuan saja dan laki-laki saja. ■ Mintalah masing-masing kelompok untuk meceritakan kesuksesan-kesuksesan dan tantangan-tantangannya saat bekerja bersama dengan jenis kelamin yang berbeda dalam isu perdamaian. Mintalah kelompok-kelompok tersebut untuk menyediakan sebanyak mungkin contoh-contoh konkret baik positip maupun negatif. ■ Mintalah masing-masing kelompok untuk mendiskusikan beberapa strategi dalam bekerja dengan jenis kelamin yang berbeda dalam persoalan perdamaian. ■ Tanyalah masing-masing kelompok untuk melaporkan temuan-temuan dan strategi mereka. ■ Dalam pasangan campuran, seorang laki-laki dan seorang perempuan, mintalah partisipan untuk merespon satu sama lain mengenai laporan-laporan tersebut. Setiap orang harus mengambil satu putaran untuk berbicara tentang perasaan masing-masing tentang dialog tersebut sementara yang lainnya mendengarkan dan mencoba untuk memahami, bukan menyela atau bahkan menginterupsi.

Latihan ini diadaptasikan dari the Women in Peacebuilding Resource and Training Manual, editor Lisa Schirch. Pedoman lengkap dapat ditemukan di http://www.iiav.nl/epublications/2004/women_peacebuilding_manual.pdf atau pada http://www.ifor.org/WPP/resources.htm

Placheolder image

kembali ke daftar isi

Bagaimana sebuah kelompok perdamaian mengaitkan kesadaran jender ke dalam tugas perdamaiannya? Ini dapat dilakukan melalui identitas organisasi dan struktur-strukturnya, pelatihan dan orientasi anggotanya, serta pengem­bang­an strategi programnya.

New Profile, organisasi perdamaian Israel, mendiskripsikan dirinya sebagai “se­­­kelompok feminis laki-laki dan perempuan yang menyadari bahwa kita tidak perlu hidup dalam sebuah negara militer”. Identifikasi yang jelas seperti ini telah jelas sejak awal mem­publikasikan hubungan-hubungan antara jender dan perdamaian kepada siapa saja yang akan berhubungan dengan organisasi. New Profile merusak pola-pola organisasi tradisional dengan memutar peran kepemim­pinan dan fungsi pembayaran serta mencoba menghindari hirarki aktivitas. Berbagai pelatihan dan program pendidikan yang dilakukan oleh kelompok ini untuk anggota baru dan khalayak umum—workshop, seminar, kelompok pemuda, dan konferensi—se­lalu meliputi analisis tentang bagaimana jender dan militerisme berhubungan da­lam budaya dan masyarakat Israel. Kelompok ini juga menyelenggarakan ber­bagai lingkar studi-sehari yang melihat lebih mendalam pada hubungan-hubungan itu. Sebagai contoh, studi-sehari semacam itu yang dilaksanakan pada tahun 2007 memanfaatkan foto-foto tentara wanita dari dokumen angkatan bersenjata untuk mengamati pe­rekrutan militer bagi wanita di Israel dan militerisasi dikalangan masyarakat. Dengan berbagai kesempatan studi dan diskusi se­ma­cam itu, anggota New Profile membawa kesadaran jender yang le­bih dalam ke dalam analisis problem militer dan rencana aksi strategis mereka. Proyek “Small Arms and Light Weapons” yang ditangani New Profile tidak hanya melihat pada program dan struktur perdagangan militer Israel, tapi juga menginvestigasi bagaimana angkatan bersenjata yang kecil mempengaruhi kehidupan individu dan bagaimana New Profile dapat membantu men­definisi­kan kembali istilah “keamanan” dalam budaya Israel.

Placheolder image

kembali ke daftar isi

Jender adalah suatu konstruksi sosial mengenai gagasan yang mendefi­ni­sikan peran, sistem kepercayaan dan sikap, bayangan, nilai serta ha­rapan mengenai laki-laki dan perempuan. Jender memberikan kontri­busi yang sangat besar dalam pembentukan relasi kekuasaan, tidak hanya antara laki-laki dan perempuan tetapi juga dalam masing-masing kelompok, yang banyak menimbulkan masalah. Budaya yang berbeda memiliki ide yang berbeda mengenai jender, mengenai apa yang baik untuk laki-laki dan perempuan. Jender tidak hanya berubah antar budaya, namun juga antar waktu. Jender yang dapat berubah dalam suatu kebudayaan selama situasi krisis.

Apa Perbedaan antara Jender dan Seks?

Seks merujuk pada perbedaan biologis alamiah antara laki-laki dan perempuan. Sementara banyak dari perbedaan antara laki-laki dan perem­puan yang jelas dan tetap, ada beberapa perbedaan biologis yang tidak jelas. Jender di sisi lain, dikontruksi oleh ideal-ideal budaya, sistem keyakinan, ba­yangan dan harapan tentang maskulinitas dan femininitas dalam suatu masyarakat tertentu.

Bagaimana Jender Dihubungkan dengan Kekuatan dan Keadilan?

Di berbagai budaya, pengalaman dan cara pandang lelaki dipandang se­ba­gai norma. Perilaku maskulin heteroseksual bagaimanapun didefinisikan dan dipakai sebagai standard. Pelatihan kekuatan, khususnya dalam lingkup publik, dipandang maskulin. Pada kebanyakan budaya, laki-laki dianggap sebagai pemimpin keluarga, komunitas dan masyarakat, sedangkan perem­puan dianggap sebagai pengikut dan pendukung. Asumsi seperti itu dapat memiliki makna bahwa perempuan kurang dapat memutuskan kehidupan mereka. Asas juga berarti bahwa laki-laki yang tidak mengikuti tra­disi ini akan menghadapi kecaman publik. Bagaimanapun, karena jender merupakan ide yang dikontruksi secara sosial, maka dimungkinkan untuk menentang dan mengubah gagasan tentang peran laki-laki dan perempuan. Inilah yang di­nama­kan keadilan jender.

Bagaimana Jender Mempengaruhi Diri Kita?

Kita dipengaruhi oleh konstruksi sosial tentang jender dari mulai kita di­lahir­kan. Maskulinitas (keperkasaan) dimasukkan dalam mental anak laki-laki dengan berbagai cara. Ada tekanan sosial pada laki-laki untuk mengabaikan pe­rasaan mereka, untuk berlaku kuat secara fisik dan untuk membuktikan ke­lebihan mereka dengan mendominasi dan berkompetisi dengan orang lain. Kontrol atau kekausaan terhadap orang lain serta kekerasan dinilai sebagai tanda maskulinitas. Sosialisasi semacam itu melindas martabat kemanusiaan setiap orang. Laki-laki dewasa dan remaja dibuat brutal untuk mempersiapkan mereka untuk mengikuti wajib militer. Perang sendiri merupakan kekeraasan jender yang terhadap laki-laki, karena laki-laki dewasa dan remaja dipaksa untuk membunuh. Gadis-gadis sering disosialisasikan untuk mengabaikan intelektualitas mereka, untuk menjadi pendengar yang baik, baik dan patuh, dan harus mem­buk­tikan kebaikan mereka dengan mementingkan kebutuhan orang lain terlebih dahulu. Pasif dan diam dalam menerima ketidak-adilan akan dilihat sebagai tanda feminitas. Sosialisasi semacam itu menginjak martabat ke­ma­nusia­an dan mendorong munculnya korban. Perlindungan terhadap per­empuan digunakan dalam propaganda untuk menghasut dan membenarkan perang. Perang itu sendiri adalah kekerasan jender terhadap perempuan karena kejahatan seksual digunakan sebagai senjata perang.

Mengapa Gerakan Perdamaian Harus Berurusan dengan Kekerasan Jender?

Perspektif jender memiliki peran yang penting untuk mewujudkan per­damaian dan keadilan. Gagasan mengenai maskulinitas dan feminitas menjadi akar dari kekerasan atau kejahatan dan digunakan untuk mendorong pecahnya konflik. Tingkat kekerasan terhadap perempuan di masa damai adalah sebuah indikator penting bagaimana keadilan dan perdamaian sebuah masyarakat. Organisasi perdamaian dan keadilan yang ingin mengakhiri kejahatan perang akan lebih efektif jika tahu banyak spektrum kejahatan dalam masyarakat mereka dan mengatasinya. Orang yang selamat dari kekerasan jender selama perang mengetahui bahwa rekonsiliasi adalah tidak mungkin tercapai tanpa keadilan jender. Sikap diam mengenai kekerasan seksual terhadap laki-laki selama perang juga harus diakhiri. Gerakan perdamaian tidak dapat mengabaikan isu yang ber­hubung­an dengan jender dan perang, seperti meningkatnya mili­terisasi per­empuan, ke­tram­pilan dan kepemimpinan yang dapat dimanfaatkan oleh perempuan untuk membangun per­damaian dan bagaimana harapan-harapan jender mendorong laki-laki untuk berjuang.

Mengapa Perspektif Jender Penting dalam Kerja Kita?

Orang yang bekerja untuk perubahan sosial sering beranggapan bahwa kita bebas dari asumsi yang tertanam ke dalam diri kita mengenai jender dan karenanya kita tidak perlu belajar dan mengubah diri kita. Menciptakan kesadaran dan mengubah diri kita serta dinamika dalam organisasi kita mengenai isu-isu jender merupakan sebuah transformasi personal dan organisasional yang penting untuk membongkar kekerasan struktural dalam masyarakat.

Sangat sulit untuk bekerja pada bidang yang terkait dengan isu jender karena isu jender menyangkut diri kita masing-masing, dan kita tidak mampu menghindarinya. Karena kita di­pengaruhi langsung, kita seringkali menghadapi ketakutan ketika isu tersebut muncul. Kita tidak tahu bagaimana untuk menerima atau tidak menerima, dan kita takut akan konflik dan perpecahan yang berlebihan. Seringkali mudah untuk mengatakan bahwa isu jender bukan prioritas kami. Untuk memotivasi diri kita sendiri, kita bisa mencari beberapa contoh di mana kelompok dan gerakan lain telah mulai memunculkan persoalan-persoalan yang terkait dengan isu jender.

Subscribe to gender and militarism